Langsung ke konten utama

Soft Candy dan Hard Candy, Aplikasi dari Teknologi Kembang Gula berbasis Gula

Soft Candy dan Hard Candy Teknologi Kembang Gula Berbasis Gula Ringkasan Eksekutif Artikel ini menjelaskan mengenai perbedaan fundamental antara permen keras ( hard candy ) dan permen lunak ( soft candy ), yang berakar pada prinsip ilmu material. Pembeda utamanya adalah kandungan air akhir, yang menentukan Suhu Transisi Kaca ( T g ). Permen keras ada dalam 'keadaan kaca' (di bawah T g ), membuatnya kaku dan stabil secara kinetik. Sebaliknya, permen lunak ada dalam 'keadaan karet' (di atas T g ), memberikannya tekstur yang fleksibel dan kenyal. Artikel ini menguraikan peran bahan-bahan utama: sukrosa dan sirup glukosa sebagai pengontrol kristalisasi, serta beragam hidrokoloid (seperti gelatin, pektin, dan pati) yang menentukan arsitektur tekst...

Rasa "Creamy" Tanpa Lemak

 

Teknologi Pengganti Lemak: Memberi Rasa "Creamy" Tanpa Lemak

Sains Ilusi Sensorik: Teknologi Pengganti Lemak

Imperatif Penggantian Lemak: Dorongan Kesehatan dan Respons Teknologi

Lemak merupakan komponen fundamental dalam pangan, memainkan peran ganda yang krusial bagi nutrisi dan kenikmatan sensorik. Namun, peran ganda ini juga menciptakan sebuah konflik fundamental yang mendorong lahirnya inovasi teknologi pengganti lemak. Di satu sisi, lemak adalah makronutrien esensial. Di sisi lain, konsumsi berlebih, terutama lemak jenuh dan lemak trans, telah terbukti secara ilmiah menjadi faktor risiko utama bagi berbagai penyakit kronis yang menjadi beban kesehatan masyarakat global.

Peran Ganda Lemak

Fungsi esensial lemak dalam diet manusia tidak dapat disangkal. Lemak merupakan sumber energi paling padat, menyediakan 9 kcal per gram, lebih dari dua kali lipat energi yang disediakan oleh protein atau karbohidrat (4 kcal/g).[1] Selain sebagai sumber energi, lemak berfungsi sebagai medium pelarut dan pembawa vitamin larut lemak yang vital, yaitu vitamin A, D, E, dan K, serta senyawa bioaktif lipofilik lainnya seperti karotenoid.[1, 2] Lemak juga menyuplai asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh dan bertindak sebagai prekursor untuk prostaglandin, molekul pensinyalan yang meregulasi berbagai proses fisiologis.[1, 2]

Namun, kontribusi lemak yang paling signifikan dari perspektif industri pangan dan penerimaan konsumen terletak pada fungsi sensoriknya. Lemak adalah penentu utama tekstur, rasa, dan sensasi mulut (mouthfeel) pada berbagai produk pangan.[3] Ia memberikan rasa krimi (creaminess), kelembutan, dan lubrisitas (sifat melicinkan) yang menciptakan persepsi palatabilitas tinggi.[1] Lemak juga berperan sebagai pembawa senyawa aroma lipofilik, menstabilkan, dan melepaskannya secara bertahap selama konsumsi, yang secara kolektif membentuk persepsi "rasa" atau flavor yang utuh.[1, 4] Dalam beberapa proses, seperti penggorengan, lemak bahkan bertindak sebagai prekursor untuk pengembangan rasa yang khas.[1]

Paradoksnya, konsumsi lemak yang berlebihan, khususnya lemak jenuh dan lemak trans hasil hidrogenasi, memiliki korelasi kuat dengan peningkatan risiko penyakit tidak menular. Berbagai studi epidemiologis dan klinis secara konsisten mengaitkan diet tinggi lemak jenuh dan trans dengan penyakit jantung koroner, obesitas, diabetes melitus tipe 2, dan beberapa jenis kanker.[3, 5, 6] Kesadaran akan risiko kesehatan ini mendorong berbagai badan kesehatan global untuk merekomendasikan pembatasan asupan lemak total hingga kurang dari 30% dari total kalori, dengan asupan lemak jenuh tidak lebih dari 10%.[6] Hal ini menciptakan permintaan pasar yang signifikan untuk produk pangan rendah lemak atau bebas lemak, sekaligus menjadi pendorong utama bagi inovasi teknologi pangan.

Mendefinisikan Tantangan Teknologi

Tantangan dalam menciptakan produk rendah lemak jauh lebih kompleks daripada sekadar mengurangi atau menghilangkan kandungan lemak. Menghilangkan lemak dari suatu formulasi akan menciptakan kekosongan fungsional dan sensorik yang signifikan. Produk yang dihasilkan sering kali memiliki kualitas yang buruk, seperti tekstur yang keras, kering, atau kenyal, serta profil rasa yang hambar atau tidak seimbang.[3, 4, 5] Akibatnya, produk-produk ini sering kali ditolak oleh konsumen yang tidak bersedia mengorbankan kenikmatan sensorik demi manfaat kesehatan.[7, 8]

Oleh karena itu, tujuan utama dari teknologi penggantian lemak bukanlah sekadar mengurangi kalori, melainkan merekayasa bahan-bahan yang mampu meniru fungsi multifaset dari lemak—terutama kontribusi sensoriknya—sambil memberikan nilai kalori yang lebih rendah.[1, 6, 9] Ini mengubah paradigma dari sekadar masalah kimia nutrisi menjadi tantangan rekayasa material dan psikofisika sensorik. Persoalannya bukan lagi "bagaimana cara mengurangi kalori?", melainkan "bagaimana cara merekayasa suatu material yang dapat memberikan serangkaian sinyal fisik dan kimiawi spesifik ke otak melalui indra perasa di mulut untuk memunculkan persepsi sensorik yang diinginkan (seperti rasa krimi) tanpa beban kalori yang menyertainya?".

Solusi Generasi Awal

Sebelum adanya pengganti lemak berbasis bahan yang canggih, industri pangan mengandalkan teknik-teknik tradisional untuk mengurangi lemak. Metode-metode ini termasuk substitusi sederhana dengan air atau udara, penggunaan potongan daging tanpa lemak (lean meats) dalam makanan beku, penggunaan susu skim sebagai pengganti susu murni (whole milk) dalam produk seperti es krim, serta mengubah metode pemasakan dari menggoreng menjadi memanggang untuk produk makanan ringan.[1] Meskipun efektif dalam mengurangi lemak, pendekatan ini sering kali memiliki keterbatasan signifikan dalam meniru kualitas sensorik yang kompleks dari produk versi penuh lemak, yang pada akhirnya menggarisbawahi perlunya solusi berbasis bahan yang lebih canggih dan mampu menipu persepsi sensorik secara lebih efektif.

Taksonomi Pengganti Lemak: Klasifikasi, Komposisi, dan Fungsionalitas

Untuk mengatasi tantangan dalam meniru fungsi lemak, industri pangan telah mengembangkan beragam bahan yang secara kolektif dikenal sebagai pengganti lemak. Namun, terminologi dalam bidang ini sering kali tidak konsisten. Secara umum, bahan-bahan ini dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme fungsionalnya menjadi dua kategori utama: substitut lemak dan mimetik lemak. Klasifikasi lebih lanjut didasarkan pada sumber bahan bakunya, yaitu berbasis karbohidrat, protein, atau lipid.

Memahami perbedaan antara substitut dan mimetik lemak sangat penting karena keduanya memiliki struktur kimia, fungsionalitas, dan aplikasi yang berbeda secara fundamental.

Klasifikasi Primer: Perbedaan Fungsional

  • Substitut Lemak (Fat Substitutes): Ini adalah makro-ingredien yang dirancang untuk menggantikan lemak dengan perbandingan berat yang sama (gram-for-gram) dalam formulasi makanan. Secara kimia, mereka sering kali menyerupai lemak (berbasis lipid) tetapi dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tidak dapat dicerna atau hanya sedikit diserap oleh tubuh, sehingga memberikan sedikit atau tanpa kalori.[2, 9] Karena kemiripan strukturalnya dengan trigliserida, substitut lemak umumnya stabil pada suhu tinggi dan dapat digunakan dalam aplikasi seperti memanggang dan menggoreng.[1, 9] Contoh paling terkenal adalah Olestra.
  • Mimetik Lemak (Fat Mimetics): Berbeda dengan substitut, mimetik lemak adalah bahan yang meniru sifat sensorik lemak, seperti sensasi mulut yang lembut dan rasa krimi, tetapi memiliki struktur kimia yang sama sekali berbeda.[2, 5] Mereka umumnya berbasis karbohidrat atau protein. Mekanisme kerjanya bukan dengan menggantikan lemak secara langsung, melainkan dengan mengikat air dan membentuk gel atau dispersi partikel yang menciptakan tekstur kental dan licin yang dipersepsikan sebagai "lemak" di mulut.[9] Karena mekanisme kerjanya yang bergantung pada air, mimetik lemak umumnya tidak stabil pada suhu tinggi (tidak cocok untuk menggoreng) dan tidak dapat menggantikan fungsi lemak secara 1:1.[9]

Kategorisasi Berbasis Sumber: Blok Pembangun Pengganti Lemak

Mimetik Berbasis Karbohidrat

Ini adalah jenis pengganti lemak yang paling umum dan beragam. Mekanisme utamanya adalah kemampuan hidrokoloid untuk menyerap air, membentuk gel, dan meningkatkan viskositas, sehingga memberikan "body" dan tekstur yang menyerupai sensasi mulut dari lemak.[5, 9] Contohnya termasuk pati termodifikasi, serat pangan seperti inulin, dan gum.

Mimetik Berbasis Protein

Mimetik berbasis protein bekerja melalui mekanisme yang berbeda. Protein, seperti protein whey, didenaturasi melalui proses pemanasan dan gesekan tinggi (shear) untuk membentuk partikel-partikel bulat berukuran mikro yang seragam.[12] Partikel-partikel ini menggelinding di mulut, menciptakan sensasi licin dan krimi yang sangat mirip dengan yang diberikan oleh lemak.[12] Contoh utamanya adalah Simplesse®.

Substitut Berbasis Lipid

Kelompok ini terdiri dari lipid yang direkayasa secara kimia agar tidak dapat dicerna atau hanya diserap sebagian oleh tubuh. Contohnya termasuk Olestra, Caprenin, dan Salatrim.

Tabel 1: Klasifikasi dan Properti Pengganti Lemak Umum

Kategori Sub-Tipe Contoh Spesifik / Nama Dagang Nilai Kalori (kcal/g) Mekanisme Utama Properti Fungsional Utama Aplikasi Umum
Berbasis Karbohidrat Pati Termodifikasi Dekstrin Jagung (Nutriose®), Etenia™ 1.5 - 4 Pengikatan air, pembentukan gel, peningkatan viskositas Memberikan body, tekstur, meniru sensasi mulut Produk susu, saus, produk panggang, sup
Berbasis Karbohidrat Serat Pangan & Gum Inulin, Polidekstrosa, Selulosa, Karagenan 0 - 2.5 Pengikatan air, pembentukan matriks gel Meningkatkan viskositas & stabilitas, prebiotik (inulin) Produk susu (yoghurt), es krim, minuman, makanan penutup
Berbasis Protein Protein Mikropartikulasi Protein Whey (Simplesse®), Protein Susu 1 - 4 Sensasi partikel bulat yang menggelinding Memberikan rasa krimi, sensasi mulut licin, meniru globula lemak Makanan penutup beku, keju, saus salad, mayones
Berbasis Lipid Sukrosa Poliester Olestra (Olean®) 0 Lipid yang tidak dapat dicerna Stabil pada suhu tinggi, meniru fungsi lemak 1:1 Makanan ringan yang digoreng (keripik)
Berbasis Lipid Trigliserida Terstruktur Caprenin, Salatrim 5 Penyerapan asam lemak yang tidak sempurna Sifat mirip mentega kakao, mengurangi kalori Kembang gula, pelapis permen, produk panggang

Sains "Rasa Krimi": Mendekonstruksi Sensasi Mulut melalui Reologi dan Tribologi

Pertanyaan sentral dalam teknologi pengganti lemak adalah bagaimana sebuah bahan tanpa lemak dapat menciptakan persepsi "krimi" yang begitu identik dengan lemak. Jawabannya terletak pada pemahaman mendalam tentang fisika pemrosesan makanan di dalam mulut. Persepsi tekstur bukanlah sensasi statis, melainkan proses dinamis yang melibatkan kunyahan, pencampuran dengan saliva, dan gesekan antara lidah dan langit-langit mulut.[13, 14]

Sebuah terobosan fundamental datang dari aplikasi tribologi, yang menggeser fokus dari viskositas ke lubrikasi permukaan sebagai pendorong utama persepsi krimi. Pengganti lemak yang berhasil, seperti Protein Whey Mikropartikulasi (MWP) dan Dekstrin Jagung (CD), mampu menurunkan koefisien gesekan, sebuah efek fisik yang sama persis dengan yang ditimbulkan oleh lemak.[4, 12, 13, 14] Mekanisme kritisnya bukanlah mengentalkan, melainkan menyediakan "bantalan bola" mikroskopis di antara lidah dan langit-langit mulut.

Persepsi Curah (Reologi): Sensasi Penuh dan Body

Reologi mengukur properti seperti viskositas, yang berhubungan dengan persepsi ketebalan dan "body" produk.[4, 12] Pengganti lemak digunakan untuk mengkompensasi hilangnya viskositas, tetapi dengan cara yang berbeda. MWP secara signifikan meningkatkan viskositas, menciptakan tekstur yang tebal,[4, 8, 12, 15, 17] sementara CD menghasilkan viskositas yang sangat mirip dengan kontrol penuh lemak, memberikan tekstur yang lebih halus.[4, 8, 15, 17]

Persepsi Permukaan (Tribologi): Sains Kelembutan dan Lubrikasi

Tribologi adalah ilmu tentang gesekan dan lubrikasi.[12, 13, 18] Peningkatan kandungan lemak dalam emulsi akan meningkatkan lubrisitas, yang terukur sebagai penurunan koefisien gesekan (COF) dan berkorelasi dengan persepsi rasa krimi.[4, 12, 13, 14] Pengganti lemak seperti CD, inulin, dan MWP berhasil meniru fungsi ini dengan membentuk lapisan pelumas yang menurunkan gesekan.[4, 8, 12, 14, 15, 17]

Sinergi Reologi dan Tribologi

Kombinasi reologi dan tribologi memberikan gambaran lengkap tentang pengalaman oral. Kemajuan dalam bidang ini telah menunjukkan korelasi kuat antara data instrumental dan data panel sensorik manusia, memungkinkan pengembangan produk yang lebih efisien dan berbasis data.[8] Pengukuran tribologi berkorelasi tinggi dengan kelengketan, sementara parameter reologis berkorelasi baik dengan rasa krimi.[8, 14]

Dimensi Rasa: Dampak Pengganti Lemak terhadap Pelepasan Aroma

Menciptakan tekstur yang tepat hanyalah setengah dari pertempuran. Persepsi "rasa" yang lengkap, atau flavor, adalah kombinasi kompleks dari rasa dasar dan aroma. Lemak memainkan peran yang sangat penting sebagai pembawa aroma. Oleh karena itu, pengganti lemak yang sukses tidak hanya harus meniru tekstur, tetapi juga harus mampu mengelola pelepasan aroma secara efektif.

Pengganti lemak yang ideal harus bifungsional, mengelola tekstur (fisik) dan rasa (kimia). Keberhasilan bahan seperti Dekstrin Jagung (CD) disebabkan oleh kemampuannya berkinerja baik di kedua bidang: memberikan reologi/tribologi mirip lemak dan pelepasan aroma yang mirip lemak,[4, 10] meniru afinitas lemak terhadap senyawa lipofilik.

Peran Lemak sebagai Pembawa Rasa

Sebagian besar senyawa aroma bersifat lipofilik (larut dalam lemak). Lemak berfungsi sebagai pelarut, "menyimpan" aroma dan melepaskannya secara terkontrol selama konsumsi, menciptakan persepsi rasa yang kaya dan tahan lama.[1, 4]

Tantangan Rasa pada Produk Rendah Lemak

Ketika lemak dihilangkan, keseimbangan partisi senyawa aroma berubah. Hal ini dapat menyebabkan pelepasan aroma terlalu cepat, interaksi yang tidak diinginkan dengan matriks baru, atau profil rasa yang lemah dan tidak autentik.[4, 10]

Bagaimana Pengganti Lemak Mempengaruhi Pelepasan Aroma

Pengganti lemak berbasis karbohidrat dan protein menciptakan matriks baru yang berinteraksi dengan senyawa aroma, baik dengan memperlambat difusi atau melalui pengikatan langsung.[4, 8] Studi menggunakan Proton-Transfer-Reaction Mass Spectrometry (PTR-MS) menunjukkan bahwa pola pelepasan aroma dari emulsi yang mengandung MWP dan CD paling mirip dengan emulsi penuh lemak,[4, 10, 15, 17] membuktikan kemampuan mereka mengelola pelepasan aroma secara efektif.

Aplikasi Praktis: Reformulasi Pangan dengan Fokus pada Sistem Produk Susu

Penerapan ilmu reologi, tribologi, dan pelepasan aroma menjadi nyata dalam pengembangan produk pangan sehari-hari, terutama produk susu di mana lemak susu merupakan komponen integral.

Keju

Keju rendah lemak terkenal sulit diproduksi. Dalam keju oles olahan, Dekstrin Jagung (CD) terbukti menghasilkan sifat yang paling mirip dengan versi penuh lemak.[10, 16] Untuk Mozzarella, konjac glukomanan dan natrium alginat digunakan untuk memperbaiki tekstur.[5] Berbagai mimetik lain seperti Dairy-Lo®, Simplesse®, dan gum telah berhasil diterapkan pada keju lunak dan semi-lunak.[5]

Yoghurt dan Susu Fermentasi

Tujuan utamanya adalah meningkatkan viskositas dan kapasitas menahan air untuk mencegah sineresis. Inulin, WPC, dan berbagai gum telah terbukti efektif dalam menciptakan tekstur yang kental dan halus pada yoghurt dan labneh rendah lemak.[5]

Es Krim dan Yoghurt Beku

Lemak krusial untuk tekstur halus dan memperlambat leleh. Inulin, protein, pati, Simplesse®, dan Maltrin® telah berhasil digunakan untuk meningkatkan viskositas dan kualitas es krim rendah lemak.[5]

Tabel 2: Ringkasan Aplikasi dan Efek Pengganti Lemak pada Produk Susu

Produk Susu Pengganti Lemak yang Digunakan (dari studi) Efek Positif yang Diamati Efek Negatif/Tantangan yang Diamati Sumber
Keju Oles Olahan Dekstrin Jagung (CD), Inulin, Pati, Protein Kedelai, Protein Whey Viskositas mirip kontrol (CD), menurunkan kekerasan (inulin), pelepasan aroma mirip kontrol (CD) Meningkatkan kekerasan (protein whey) [5, 10, 16]
Keju Mozzarella Konjac Glukomanan, Natrium Alginat Memperbaiki tekstur, warna, dan kadar air; mengurangi kalori Perlu optimasi untuk mempertahankan sifat leleh yang ideal [5]
Keju Feta & Lunak Dairy-Lo®, Gom Tragakan, Simplesse®, WPC80 Meningkatkan kadar air, memperbaiki skor sensorik, meningkatkan tekstur Penggunaan berlebihan dapat meningkatkan kelengketan dan mengurangi kemampuan parut [5, 6]
Yoghurt & Labneh Inulin, WPC, Kaseinat, Gom Kacang Karob, Dairy-Lo® Mencegah sineresis, meningkatkan viskositas & water-holding capacity, memberikan rasa krimi, manfaat prebiotik (inulin) Perubahan tekstur jika dosis tidak optimal [5]
Es Krim & Yoghurt Beku Inulin, Protein Susu/Whey, Pati, Simplesse®, Maltrin® Meningkatkan viskositas, memperbaiki kualitas & tekstur, meningkatkan ketahanan leleh Perlu penyeimbangan dengan pemanis dan penstabil lain [5]

Penilaian Berimbang: Manfaat, Kelemahan, dan Konsekuensi

Meskipun menjanjikan, teknologi pengganti lemak tidak lepas dari trade-off. Substitut berbasis lipid seperti Olestra, meski fungsional, membawa risiko gangguan pencernaan dan malabsorpsi vitamin.[1, 2] Sebaliknya, mimetik berbasis karbohidrat/protein lebih aman dan seringkali bernutrisi, namun terbatas dalam aplikasi panas tinggi.[9]

Keunggulan Nutrisi dan Kesehatan

Manfaat utamanya adalah pengurangan kalori dan lemak jenuh, membantu manajemen berat badan dan kesehatan jantung.[2] Banyak mimetik juga menambahkan serat pangan (inulin) atau protein (MWP), meningkatkan profil gizi produk.[2, 4, 8]

Tantangan dan Kelemahan

Kompromi sensorik tetap menjadi penghalang utama.[2, 3, 7] Masalah fisiologis, terutama pada substitut lipid seperti Olestra (kembung, diare, malabsorpsi vitamin), menjadi kekhawatiran serius.[1, 2] Hambatan teknologi terkait stabilitas panas dan biaya produksi juga menjadi tantangan.[2]

Fronter Berikutnya: Emulsi Terstruktur dan Oleogelasi

Fokus kini bergeser dari "meniru" ke "merekayasa ulang" struktur lipid. Teknologi oleogel dan emulsi gel muncul sebagai pendekatan revolusioner, bertujuan bukan hanya mengurangi lemak, tetapi menciptakan produk yang secara nutrisi unggul dan fungsional.

Ini mengaburkan batas antara produk rendah lemak dan makanan fungsional, membuka aplikasi baru seperti analog daging dan susu nabati yang lebih sehat.[3]

Sains Oleogelasi

Oleogelasi adalah proses mengubah minyak nabati cair menjadi bahan semi-padat menggunakan "oleogelator" (seperti lilin alami, etil selulosa) yang membentuk jaringan 3D untuk menjebak minyak.[3, 5, 20]

Fungsionalitas Lanjutan

Keunggulan utamanya adalah kemampuan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh yang lebih sehat.[3] Selain itu, oleogel berfungsi sebagai sistem penghantaran yang sangat baik untuk senyawa bioaktif lipofilik (omega-3, vitamin), melindungi dari degradasi dan meningkatkan bioavailabilitasnya.[3]

Kemajuan, Aplikasi, dan Tantangan

Oleogel telah berhasil digunakan dalam produk panggang dan daging olahan.[3] Namun, tantangan masih ada terkait stabilitas oksidatif, skalabilitas industri, biaya, dan penerimaan konsumen.[3]

Kesimpulan: Sintesis Kondisi Terkini dan Visi Masa Depan

Perjalanan teknologi pengganti lemak telah berevolusi dari substitusi sederhana menjadi rekayasa material yang canggih. Kemajuan kunci adalah penerapan reologi dan tribologi, yang menggeser paradigma pengembangan menjadi lebih prediktif dan berbasis sains. Kondisi terkini diwakili oleh mimetik lemak multifungsi seperti Dekstrin Jagung (CD) yang berhasil meniru tekstur dan pelepasan aroma.

Masa depan bidang ini terletak pada konvergensi ilmu material, gizi, dan bioteknologi untuk merancang oleogel dan emulsi terstruktur. Tujuannya adalah melampaui konsep "pengganti", menciptakan bahan yang tidak hanya setara secara sensorik dengan lemak, tetapi juga secara nutrisi jauh lebih unggul, memenuhi permintaan konsumen tanpa mengorbankan kenikmatan rasa.

References

  1. (PDF) Fat replacers - Review - ResearchGate
  2. (PDF) Fat replacers: Definition, types, and uses in different food ...
  3. Innovative oleogels: Developing sustainable bioactive delivery ...
  4. Influence of Fat Replacers on the Rheological, Tribological, and ...
  5. Application of fat replacers in dairy products: A review - CABI Digital ...
  6. Application of fat replacers in dairy products: A review - Foods and Raw Materials
  7. Full article: Sensory evaluation of plant-based cheese: a systematic review...
  8. (PDF) Impact of Fat Replacers on the Rheological, Tribological, and Aroma Release...
  9. An overview on the types, applications and health implications of fat ...
  10. The Effect of Corn Dextrin on the Rheological, Tribological, and Aroma Release...
  11. Manipulation of starch granule size distribution in potato tubers...
  12. Influence of Fat Replacers on the Rheological, Tribological, and Aroma Release... - PMC
  13. (PDF) A review on food oral tribology - ResearchGate
  14. Characterization of Reduced-Fat Mayonnaise and Comparison of Sensory Perception...
  15. Influence of Fat Replacers on the Rheological, Tribological, and Aroma Release... - ARBOR
  16. The Effect of Corn Dextrin on the Rheological, Tribological, and Aroma Release... - ResearchGate
  17. Function of saliva in creaminess perception during food oral processing...
  18. Marrying oral tribology to sensory perception: a systematic review - PMC
  19. Comparative Study of the Impact of Stearin-Modified Starches...
  20. Studies on the Synthesis and Characterization of Encapsulated Organogels...

Komentar

Postingan Populer

Pewarna dan Pengawet Pangan Alami Hasil Bioproses Fermentasi

Fermentasi untuk Menciptakan Pewarna dan Pengawet Alami Bioproses Fermentasi sebagai Platform Berkelanjutan untuk Produksi Pewarna dan Pengawet Pangan Alami: Tinjauan Komprehensif tentang Sains, Teknologi, dan Komersialisasi Ringkasan Eksekutif Dengarkan Ringkasan ✨ Artikel ini menyajikan Pembahasan mendalam mengenai pemanfaatan fermentasi mikroba sebagai teknologi kunci untuk memproduksi pewarna dan pengawet pangan alami. Didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan dan keberlanjutan, industri pangan beralih dari aditif sintetis. Fermentasi menawarkan alternatif yang unggul secara ekonomi dan ekologis dibandingkan ekstraksi konvensional, terutama melalui valorisasi limbah agro-industri. Laporan ini mengkaji secara detail produksi biopigmen utama (karotenoid, pigmen Monascus , fikosianin, antosianin rekayasa) dan senyawa bio-preservatif (bakteriosi...

Postbiotik, Senyawa Bermanfaat yang Dihasilkan oleh Probiotik

  Postbiotik: Paradigma Baru dalam Kesehatan Berbasis Mikrobioma Postbiotik sebagai Paradigma Baru dalam Kesehatan Berbasis Mikrobioma Pendahuluan: Era Baru dalam Ilmu Mikrobioma Dalam beberapa dekade terakhir, pemahaman ilmiah tentang mikrobioma manusia telah berkembang pesat, mengubah cara kita memandang kesehatan dan penyakit. Komunitas mikroorganisme kompleks yang mendiami tubuh kita, terutama di saluran pencernaan, kini diakui sebagai organ fungsional yang vital, yang memengaruhi segalanya mulai dari metabolisme dan kekebalan hingga fungsi neurologis.[1, 2] Awalnya, fokus intervensi untuk memodulasi ekosistem ini sebagian besar terkonsentrasi pada probiotik—mikroorganisme hidup yang memberikan manfaat kesehatan—dan prebiotik, substrat yang mendorong pertumbuhan mikroba menguntungkan.[3, 4] Namun, seiring dengan pendewasaan bidang ini, sebuah paradigma baru telah muncul, yang berpusat pada produk-produk yang dihasilkan...

Alternatif Karbohidrat Lebih Sehat? Dekstrin Resisten

  Dekstrin Resisten: Pembahasan Komprehensif Pembahasan Komprehensif Dekstrin Resisten Ringkasan Dekstrin resisten (RD) merupakan serat pangan larut fungsional yang diproduksi melalui modifikasi termokimia dan enzimatik dari pati. Laporan ini menyajikan tinjauan mendalam mengenai RD, dimulai dari arsitektur molekulernya yang unik, yang dicirikan oleh pembentukan ikatan glikosidik non-pati secara acak yang menjadi dasar resistensinya terhadap pencernaan di usus halus. Mekanisme fisiologis utamanya berpusat pada fermentasi yang lambat dan berkelanjutan di sepanjang usus besar, yang memberikan efek prebiotik dengan memodulasi komposisi mikrobiota usus dan menghasilkan asam lemak rantai pendek (SCFA). Bukti klinis yang kuat mendukung perannya dalam perbaikan kontrol glikemik jangka panjang, yang ditunjukkan oleh penurunan signifikan pada kadar HbA1c, serta potensinya dalam manajemen berat badan dan perbaikan profil lipid. Sifat ...

Urgensi Teknologi Pangan

  Urgensi Teknologi Pangan dalam Menghadapi Krisis Global yang Konvergen Urgensi Teknologi Pangan dalam Menghadapi Krisis Global yang Konvergen Ringkasan Eksekutif Dunia saat ini berada di persimpangan jalan yang kritis, di mana sistem pangan global menghadapi serangkaian tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan saling terkait. Laporan ini menyajikan analisis mendalam mengenai urgensi penerapan teknologi pangan inovatif sebagai pilar strategis untuk menjamin ketahanan pangan, keberlanjutan lingkungan, dan stabilitas ekonomi di masa depan. Analisis ini, yang didasarkan pada tinjauan komprehensif terhadap jurnal-jurnal internasional bereputasi tinggi, mengidentifikasi tiga pilar urgensi utama yang menuntut tindakan segera dan terkoordinasi dari seluruh pemangku kepentingan. Pertama, ketahanan pangan berada di bawah tekanan hebat dari konvergensi krisis demografis dan iklim. Dengan populasi global yang diproyek...

SUP

Presentasi Usulan Penelitian - Humaam Abdullah Daftar Komentar Komentari Usulan Penelitian Pengaruh Penambahan Bubuk Biji Kluwek ( Pangium edule ) Terhadap Kadar Air, Higroskopisitas, Warna, Dan Penerimaan Sensori Pada Bubuk Kaldu Jamur Penelitian Eksperimental Kuantitatif Humaam Abdullah 213020089 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN | FAKULTAS TEKNIK | UNIVERSITAS PASUNDAN Tim Dosen Penguji Dr. Istiyati Inayah, S.Si., M.Si. Dr. Yelliantty, S.Si., M.Si. ...

Flavor Creation dengan Enzim?

  Peran Enzim dalam Pembentukan Flavor Pangan Peran Sentral Enzim dalam Biogenerasi Flavor Pangan Pembahasan tentang Mekanisme, Aplikasi, dan Inovasi Bioteknologi Ringkasan Eksekutif Flavor, sebagai kombinasi kompleks dari sensasi rasa dan aroma, merupakan atribut sensorik fundamental yang menentukan penerimaan konsumen dan keberhasilan komersial produk pangan. Laporan ini menyajikan analisis komprehensif mengenai peran sentral enzim sebagai biokatalis dalam pembentukan dan modulasi flavor pangan. Didorong oleh permintaan konsumen global akan produk "alami" dan berlabel bersih, industri pangan telah mengalami pergeseran paradigma dari sintesis kimiawi ke metode biogenerasi, di mana enzim dan mikroorganisme menjadi perangkat utama. Laporan ini mengupas tuntas peran multifaset enzim, dimulai dari prinsip-prinsip dasar enzimologi pangan, termasuk klasifikasi, sumber, dan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitasnya. ...

Evolusi Pengolahan Pangan: Dari Teknik Bertahan Hidup Kuno Menjadi Industri Global Yang Kompleks

  Kisah Tersembunyi di Balik Makanan Kita Dari Api Unggun ke Meja Makan Global: Kisah Tersembunyi di Balik Makanan Kita Awal Mula Segalanya: Api, Kebutuhan, dan Lahirnya Cita Rasa Jauh sebelum ada dapur, supermarket, atau bahkan pertanian, hubungan manusia dengan makanan dimulai dengan sebuah penemuan fundamental: api. Bayangkan pemandangan ribuan tahun lalu, di mana sekelompok manusia purba berkumpul mengelilingi api unggun. Desis daging yang terpanggang, aroma umbi-umbian yang menghangat, dan tekstur sayuran yang melunak bukan sekadar proses memasak; itu adalah momen pencerahan. Bukti arkeologis dan etnografis menunjukkan bahwa pengolahan pangan pertama ini—pemanasan dengan api terbuka atau perebusan—didorong oleh sebuah keinginan sederhana namun revolusioner: membuat makanan menjadi lebih enak. Pada titik ini, teknologi pangan lahir bukan dari kebutuhan untuk bertahan hidup, melainkan dari pengejaran akan kenikmata...

Bagaimana listrik dapat memasak makanan dari dalam ke luar?

  Pemanasan Ohmik: Revolusi Pengolahan Pangan Melalui Pembangkitan Panas Volumetrik Pemanasan Ohmik: Revolusi Pengolahan Pangan Melalui Pembangkitan Panas Volumetrik Pembahasan bagaimana listrik dapat memasak makanan dari dalam ke luar, menjaga nutrisi, dan membuka potensi baru dalam industri pangan. Ringkasan Eksekutif Pemanasan Ohmik, yang juga dikenal sebagai Pemanasan Joule, merupakan sebuah teknologi pengolahan termal canggih yang merevolusi cara makanan dipanaskan. Berbeda dengan metode konvensional yang mentransfer panas dari luar ke dalam, Pemanasan Ohmik menghasilkan panas secara langsung di dalam volume makanan itu sendiri dengan melewatkan arus listrik melaluinya. Fenomena ini, yang didasarkan pada resistansi listrik inheren dari bahan pangan, memungkinkan pemanasan yang sangat cepat, seragam, dan efisien secara signifikan. Laporan komprehen...

Adakah Perbedaan Antara QA dan QC di Industri Pangan & Perisa?

Adakah Perbedaan Antara QA dan QC di Industri Pangan & Perisa? * Pembahasan Mendalam QA vs. QC di Industri Pangan & Perisa Perbedaan, Evolusi, dan Masa Depan dalam Era Industri 4.0 Ringkasan Eksekutif Artikel ini menyajikan pembahasan komprehensif mengenai perbedaan, hubungan evolusioner, dan masa depan dari dua disiplin fundamental dalam manajemen mutu: Quality Assurance (QA) dan Quality Control (QC), dengan fokus khusus pada aplikasi dalam industri pangan dan perisa . Jawaban Langsung: QA dan QC adalah dua disiplin yang berbeda namun saling melengkapi. QA adalah pendekatan proaktif yang berfokus pada proses untuk mencegah cacat. Ini mencakup perancangan sistem keamanan pangan seperti HACCP. Sebaliknya, QC adalah pendekatan reaktif yang berfokus pada produk untuk mendeteksi cacat melalui inspeksi dan pengujian, seperti pengujian mikrobiologi atau evaluasi sensorik. Jawaba...